HObi Batu Akik Sampai Menjadi Usaha yang Menjanjikan

HPengunjung memilih batu akik yang saat ini sedang banyak digemari, di Jakarta Gems Center, Rawa Bening, Jatinegara, Jakarta, Kamis (15/1/2015). Lebih dari 1.000 pedagang batu akik menawarkan dagangannya dengan kisaran harga mulai dari puluhan ribu hingga ratusan juta rupiah. Batu bacan yang berasal dari Ternate, saat ini banyak dicari para pecinta batuan tersebut.

Batu akik memang sedang “booming“. Jakarta Gems Center di Pasar Rawa Bening, Jakarta, mengalami kenaikan sebesar 400 persen dari tahun lalu. Pedagangnya menikmati rezeki, sekaligus memanjakan hobi yang menjadi profesi mereka.Untuk diketahui, Pasar Rawa Bening, Jatinegara, Jakarta Timur, merupakan pasar terbesar penjualan batu akik se-Asia Tenggara. Sebagian besar konsumen di Pasar Rawa Bening adalah pedagang. Mereka membeli batu lalu menjualnya kembali ke seantero Nusantara. Beberapa tahun terakhir, Pasar Modern Bumi Serpong Damai (BSD), Tangerang Selatan, juga mulai diserbu pencinta batu akik.

Mari kita bertandang ke Rawa Bening menemui Fathurahman (42), pemilik Barkhiya Gems. Sebelum berjualan batu di Pasar Rawa Bening, pada 2000, Fathurahman adalah seorang kolektor batu akik. Di kiosnya, Fathurahman tampil dengan cincin batu akik bengkulu di jari tangan kanan dan akik aceh di jari tangan kiri. Tak cukup dengan cincin, ia pun memakai kalung dari batu akik jenis pirus.

Di kantong bajunya pun, ia menyimpan beberapa batu akik. “Kalau sampai ada yang ketinggal di rumah, pasti bakal menyeletuk mana nih duit Rp 10 jutaku? Yang enggak ada akiknya, tapi yang disebut duitnya, ha-ha-ha,” kata Fathurahman.

Beberapa batu akik koleksi pribadinya turut dipajang di dua kios miliknya di Rawa Bening. Namun, tak satu pun dari batu koleksi itu yang bakal dilepas jika ada pelanggan yang melirik. “Kenapa dipajang? Biar dilirik orang, bukan dijual,” ujarnya.

Untuk batu-batu yang dijual di kiosnya, Fathurahman sudah bekerja sama dengan pemasok di seluruh Tanah Air. Ia tertarik berjualan batu akik karena keragaman warna dan keindahannya. Batu akik semakin menarik karena bisa berubah seiring waktu.

Tak hanya menjual batu akik yang sudah diasah dan tampil cantik, sesekali Fathurahman juga menjual bongkahan batu mentah. Di tokonya, ia memajang bongkahan batu aceh. “Kita main kualitas, biasanya hanya orang tertentu yang mau membeli bongkahan batu. Risikonya memang tinggi,” ujar Fathurahman.

Dari bongkahan batu seberat 10 kilogram, misalnya, pembeli tak akan pernah tahu akan memperoleh berapa kilogram batu akik. Mendapat 10 persen dari total berat bongkahan batu saja sudah sangat menguntungkan.

“Kalau jual bahan kita enggak ada risiko. Kalau diolah bisa untung sekali dan rugi sekali. Tinggal berani siapa. Harus mengandalkan feeling kalau beli bongkahan,” kata Fathurahman.

Satpam sampai CEO

Kita beralih ke kawasan BSD. Kita temui Alamsyah Limantara (53), pedagang batu akik di Pasar Modern BSD yang menjual batu akik mulai harga Rp 5.000 sampai ratusan juta rupiah. Pembelinya mulai dari petugas satpam sampai CEO dari 77 perusahaan.

Ditemui di Algonz Jewellery miliknya, Alamsyah menggelar ratusan jenis batu cantik dari ribuan batu koleksinya, seperti batu bacan dan garut yang kini menjadi batuan alam asli Indonesia termahal. Para kolektor berani membeli batu bacan di atas 30 karat dengan harga Rp 250 juta. Pamor batu bacan semakin moncer setelah Presiden Yudhoyono memberi hadiah batu jenis ini untuk Presiden Amerika Serikat Barack Obama.

Alamsyah juga mempertontonkan batu garut 30 karat yang ditawar kolektor seharga lebih dari Rp 100 juta. Lain lagi dengan batu aceh yang bisa laku Rp 200 juta. Harga ratusan juta rupiah itu tak melekat ke semua jenis batu karena harga sangat bergantung pada mutu.

Alamsyah memang pencinta batu sejak usia 15 tahun. Kala remaja, dia sudah membeli batu kecubung yang konon memiliki daya tarik kuat untuk membuat gadis-gadis jatuh hati. Ketertarikan para perempuan pada batu kecubung ini mungkin karena karakteristiknya yang berkilau dengan warna biru langit.

“Saya sudah 38 tahun bergelut dengan batu. Semakin lama semakin gila. Dari awalnya suka, senang, hobi, kolektor, lalu gila. Gila! Kalau saya melihat ada batu bagus lebih dari koleksi saya, saya enggak berhasil memperolehnya, bisa kebawa sampai mimpi,” kata Alamsyah.

Hobi Alamsyah itu kemudian menjadi bisnis. Setelah pensiun dari pekerjaan kantoran, Alamsyah lalu membuka kios batu akik dan batu permata di Pasar Modern BSD.

Indonesia, menurut Alamsyah, memiliki kekayaan batuan yang luar biasa beragam dan indah karena banyaknya gunung berapi aktif. Apalagi, batuan akik yang paling laris di pasaran adalah batuan magmatis dari proses gunung berapi.

Batuan magmatis, seperti berlian, ruby, hingga akik, jadi buruan karena indah menarik mata. Akik juga mempunyai ketahanan terhadap waktu, suhu, dan tidak rusak karena lingkungan. “Semakin langka makin mahal,” katanya.

Harga batu akik terutama ditentukan oleh warna. Warna harus bisa menarik mata, tidak gelap, dan kental. Batu tersebut juga harus kemilau sehingga bisa tembus cahaya ketika disenter. Ada pula jenis batuan yang bergiwang alias seperti berair dan ada batu yang justru menarik karena berminyak.

Batu akik pun harus terlihat bersih. Jika serat-serat di dalam batu bersih, penampilan batu dijamin cantik dan tidak terganggu. Yang terakhir, semakin besar ukurannya, batu akik akan semakin mahal. Cara potong atau bentukan proporsional juga menentukan harga.

Tak hanya tertarik pada jenis batu akik, konsumen biasanya juga jatuh cinta pada batu-batu unik seperti batu gambar. Sebanyak 90 persen dari batuan alam tersebut dipakai sebagai cincin. Sisanya dimanfaatkan sebagai bandul kalung, gesper, hingga gelang. (WKM)

sumber : kompas.com

Leave a comment